Mataku sudah tak kuat lagi menahan kantuk, namun kupaksakan untuk menyalakan laptop dan menghubungkannya ke "dunia". Di tengah-tengah kamar yang penuh dengan kertas-kertas yang berserakan, aku tetap saja memaksakan diriku menulis larut ini. "Aku tak akan melewatkan malam ini tanpa menulis", pikirku. Rasa bahagia ini tak akan aku lewatkan begitu saja tanpa menyisakan jejak untuk sekedar diingat di masa datang. Sekedar dengan membaca tulisan ini, akupun pasti bisa tersenyum, merasakan kebahagiaan malam ini kembali.
Begitulah aku, mengapa aku sangat mencintai menulis. Ya, walaupun sekedar menulis buku harian, aku sangat mencintai menulis buku harian. Kenangan-kenangan yang ada didalamnya serasa tak pernah mati. Aku mampu menghidupkannya kembali.
Seperti malam ini. Ditemani suara air hujan yang bertabrakan dengan genting-genting rumah tepat diatas kamarku yang berbunyi tak terlalu keras, membuat aku tetap mampu berkonsentrasi seraya menikmati curahan hatiku yang kutulis dengan senyuman diatas segala usahaku melawan rasa kantuk. Kebahagiaan itu, kebahagiaan yang akupun tak cukup mampu mendeskripsikannya, namun hanya bisa kuperjelas, ketika tawa-tawa kecil itu tanpa sebab tampak di wajahmu, dan kaupun merasakan bahagia. Ya, hanya itu, kebahagiaan itu. Kau masih tetap sadar, kau tak melayang-melayang, kau hanya tersenyum, dan kebahagiaan serasa erat memelukmu.
*Tak ada yang kumaksud berlebih dalam cerita ini. Aku hanya mencintai sastra. Dan pendeskripsianku yang berlebihan hanya bentuk kecintaanku pada sastra, hanya caraku mempelajari sastra. :D
2024
9 months ago
0 comments:
Post a Comment